.

.

Rabu, 18 Desember 2013

makalah gender




MAKALAH
 ISBD
(GENDER)

Instruktur: Drs. Riyoko,M.si


Disusun Oleh:
Nama          : Yuni Antari akmali
Kelas           : 1b
Nim             : 13.0.A.694





KATA PENGANTAR 

Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan banyak nikmatnya kepada kami. Sehingga saya mampu menyelesaikan Makalah Tentang Gender. Makalah ini saya buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.

Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah tersusun. kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu pula dalam penyusunan makalah ini, yang mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, Saya mohon maaf atas segala kekurangannya.





Kra. 19.Desember.2013


YuniAntari Akmalia







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Para pendiri negeri ini, sungguh sangat arif dalam menyusun UUD 1945 menghargai peranan wanita pada masa silam dan mengantisipasi pada masa yang akan datang, dengan tidak ada satu kata pun yang bersifat diskriminatif terhadap wanita. Konstitusi ini dengan tegas menyatakan persamaan hak dan kewajiban bagi setiap warga Negara (baik pria maupun wanita). Di dalam GBHN 1993 di antaranya juga diamanatkan, bahwa wanita mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan pria dalam pembangunan. Selain itu, pengambil keputusan juga telah meratifikasi (mengesahkan) konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita dalam UU No. 7 Tahun 1984.
Namun, kenyataan menunjukkan bahwa wanita mengalami ketertinggalan atau ketidakberuntungan lebih banyak dibandingkan dengan pria di antaranya di bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu, peningkatan peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan gender sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, mempunyai arti penting dalam upaya untuk mewujudkan kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dengan wanita atau mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dengan wanitaadalah suatu kondisi hubungan kedudukan dan peranan yang dinamis antara pria dengan Wanita. Pria dan wanita mempunyai persamaan kedudukan, hak, kewajiban dan  kesempatan, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun dalam kegiatan pembangunan di segala bidang (Kantor Menteri Negara Peranan Wanita, 1998).
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.      Bagaimanakah status dan peran wanita?
2.      Bagaimanakah konsep Gender, peran kodrati, dan peran wanita dalam pembangunan?
C.    Tujuan
Tujuan dari isi makalah untuk:
1.      Untuk mengetahui konsep gender, peran kodrati dan peran wanita dalam pembangunan.






BAB II
PEMBAHASAN
GENDER

Dalam hal persamaan kedudukan, baik pria maupun wanita sama-sama berkedudukan sebagai subjek atau pelaku pembangunan. Dalam kedudukan sebagai subjek pembangunan, pria dan wanita mempunyai peranan yang sama dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan menikmati hasil pembangunan. Hak yang sama di bidang pendidikan misalnya, anak pria dan wanita mempunyai hak yang sama untuk dapat mengikuti pendidikan sampai ke jenjang pendidikan formal tertentu.
 Tentu tidaklah adil jika dalam era global ini menomorduakan pendidikan bagi wanita, apalagi jika anak wanita mempunyai kecerdasan atau kemampuan. Selanjutnya, kewajiban yang sama umpamanya seorang istri samasama berkewajiban untuk mencari nafkah dengan suaminya dalam upaya memenuhi beragam kebutuhan rumah tangga. Mencari nafkah tidak lagi hanya menjadi kewajiban suami (pria), begitu juga kewajiban melakukan pekerjaan urusan rumah tangga tidak semata-mata menjadi tugas istri (wanita). Akhirnya berkaitan dengan persamaan kesempatan dapat diambil contoh, apabila ada dua orang Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Provinsi, yakni seorang pria dan seorang wanita yang sama-sama memenuhi syarat dan mempunyai kemampuan yang sama, keduanya mempunyai kesempatan yang sama untuk mengisi lowongan sebagai Kepala Biro. Wanita tidak dapat dinomorduakan semata-mata karena dia seorang wanita. Pandangan bahwa pemimpin itu harus seorang pria merupakan pandangan yang keliru dan perlu ditinggalkan.

A.    Status dan Peranan Wanita
Dari uraian tersebut dengan jelas dapat ditangkap, bahwa menurut kondisi normatif, pria dan wanita mempunyai status atau kedudukan dan peranan (hak dan kewajiban) yang sama, akan tetapi menurut kondisi objektif, wanita mengalami ketertinggalan yang lebih besar dari pada pria dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Kondisi objektif ini tidak lain disebabkan oleh norma sosial dan nilai sosial budaya yang masih berlaku di masyarakat. Norma sosial dan nilai sosial budaya tersebut, di antaranya di satu pihak, menciptakan status dan peranan wanita di sektor domestik yakni berstatus sebagai ibu rumah tangga dan melaksanakan pekerjaan urusan rumah tangga, sedangkan di lain pihak, menciptakan status dan peranan pria di sektor publik yakni sebagai kepala keluarga atau rumah tangga dan pencari nafkah. Dikemukakan oleh White dan Hastuti (1980), dalam sistem kekerabatan patrilineal, ada adat dalam perkawinan (pernikahan) yang biasanya wanita (istri) mengikuti pria (suami) atau tinggal di pihak kerabat suami, merupakan salah satu faktor yang secara relatif cendrung mempengaruhi status dan peranan wanita, yakni status dan peranan wanita menjadi lebih rendah dari pada pria.
Selain itu, wanita tidak bisa menjadi pemilik tanah dan kekayaan yang lain melalui hak waris, sehingga status dan peranan wanita menjadi lebih lemah dari pada pria. Hal itu juga menyebabkan sumber daya pribadi (khususnya yang menyangkut tanah, uang atau material) yang dapat disumbangkan oleh wanita ke dalam perkawinan atau rumah tangga mereka menjadi sangat terbatas. Akibatnya, status dan peranan wanita menjadi lebih lemah dibandingkan dengan pria.
Menurut Blood dan Walfe (1960) sumber daya pribadi bisa berupa: pendidikan,  keterampilan, uang atau material, tanah dan lain-lain. Akibat masih berlakunya berbagai norma sosial dan nilai sosial budaya tersebut di masyarakat, maka akses wanita terhadap sumber daya di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan menjadi terbatas. Untuk memperkecil keadaan yang merugikan wanita itu, perlu pemahaman dan penghayatan yang baik tentang peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan gender, tidak hanya oleh wanita sendiri tetapi juga oleh pria atau seluruh lapisan masyarakat.
B.     Konsep Gender
Untuk dapat memahami tentang peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan gender, terlebih dahulu perlu dibahas tentang konsep gender, agar kita berangkat dari pengertian yang sama. Pembahasan mengenai gender, tidak terlepas dari seks dan kodrat. Seks, kodrat dan gender mempunyai kaitan yang erat, tetapi mempunyai pengertian yang berbeda. Dalam kaitannya dengan peranan pria dan wanita di masyarakat, pengertian dari ketiga konsep itu sering disalahartikan. Untuk menghindari hal itu dan untuk mempertajam pemahaman kita tentang konsep gender, maka pengertian seks dan kodrat perlu dijelaskan terlebih dahulu. Istilah seks dapat diartikan kelamin secara biologis, yakni alat kelamin pria (penis) dan alat kelamin wanita (vagina). Sejak lahir sampai meninggal dunia, pria akan tetap berjenis kelamin pria dan wanita akan tetap berjenis kelamin wanita (kecuali dioperasi untuk berganti jenis kelamin). Jenis kelamin itu tidak dapat ditukarkan antara pria dengan wanita.
Kodrat adalah sifat bawaan biologis sebagai anugerah Tuhan Yang Mahaesa, yang tidak dapat berubah sepanjang masa dan tidak dapat ditukarkan yang melekat pada pria dan wanita. Konsekuensi dari anugerah itu, manusia yang berjenis kelamin wanita, diberikan peran kodrati yang berbeda dengan manusia yang berjenis kelamin pria. Wanita diberikan peran kodrati: (1)menstruasi, (2) mengandung, (3)melahirkan, (4) menyusui dengan air susu ibu dan (5) menopause, dikenal dengan sebutan lima M. Sedangkan pria diberikan peran kodrati membuahi sel telur wanita dikenal dengan sebutan satu M. Jadi, peran kodrati wanita dengan pria berkaitan erat dengan jenis kelamin dalam artian ini (Arjani, 2002 dan Agung Aryani, 2002).
Gender berasal dari kata “gender” (bahasa Inggris) yang diartikan sebagai jenis kelamin. Namun jenis kelamin di sini bukan seks secara biologis, melainkan sosial budaya dan psikologis. Pada prinsipnya konsep gender memfokuskan perbedaan peranan antara pria dengan wanita, yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan norma sosial dan nilai sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. Peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan oleh perbedaan kelamin seperti halnya peran kodrati. Oleh karena itu, pembagian peranan antara pria dengan wanita dapat berbeda di antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya sesuai dengan lingkungan. Peran gender juga dapat berubah dari masa ke masa, karena pengaruh kemajuan : pendidikan, teknologi, ekonomi, dan lain-lain. Hal itu berarti, peran jender dapat ditukarkan antara pria dengan wanita (Agung Aryani, 2002 dan Tim Pusat Studi Wanita Universitas Udayana, 2003).
Contoh peran gender berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain sebagai berikut. (1). Masyarakat Bali menganut system kekerabatan patrilineal, berarti hubungan keluarga dengan garis pria (ayah) lebih penting atau diutamakan dari pada hubungan keluarga dengan garis wanita (ibu). (2). Masyarakat Sumatera Barat menganut sistem kekerabatan matrilineal, berarti hubungan keluarga dengan garis wanita (ibu) lebih penting dari pada hubungan keluarga dengan garis pria (ayah). (3). Masyarakat Jawa menganut sistem kekerabatan parental/ bilateral, berarti hubungan keluarga dengan garis pria (ayah) sama pentingnya dengan hubungan keluarga dengan garis wanita (ibu). Jadi status dan peran pria dan wanita berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain, yang disebabkan oleh perbedaan norma sosial dan nilai sosial budaya.
Contoh peran gender berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan jaman sebagai berikut. Pada masa lalu, menyetir mobil hanya dianggap pantas dilakukan oleh pria, tetapi sekarang wanita menyetir mobil sudah dianggap hal yang biasa. Contoh lain, pada masa silam, jika wanita ke luar rumah sendiri (tanpa ada yang menemani) apalagi pada waktu malam hari, dianggap tidak pantas, tetapi sekarang sudah dianggap hal yang biasa. Contoh peran gender yang dapat ditukarkan antara pria dengan wanita sebagai berikut. Mengasuh anak, mencuci pakaian dan lain-lain, yang biasanya dilakukan oleh wanita (ibu) dapat digantikan oleh pria (ayah). Contoh lain, mencangkul, menyembelih ayam dan lain-lain yang biasa dilakukan oleh pria (ayah) dapat digantikan oleh wanita (ibu). Dikemukakan oleh Bemmelen (2002), beberapa ciri gender yang dilekatkan oleh masyarakat pada pria dan wanita sebagai berikut. Perempuan memiliki ciri-ciri: lemah, halus atau lembut, emosional dan lain- lain. sedangkan pria memiliki ciriciri: kuat, kasar, rasional dan lain-lain. Namun dalam kenyataannya ada wanita yang kuat, kasar dan rasional, sebaliknya ada pula pria yang lemah, lembut dan emosional. Beberapa status dan peran yang dicap cocok atau pantas oleh masyarakat untuk pria dan wanita sebagai berikut.
Perempuan:
1.      Ibu rumah tangga.
2.      bukan pewaris.
3.      tenaga kerja domestic (urusan rumah tangga).
4.      pramugari.
5.      panen padi.
Pria:
1.      Kepala keluarga/ rumah tangga.
2.      Pewaris.
3.      Tenaga kerja public (pencari nafkah).
4.      Pilot.
5.      Pencangkul lahan.
Dalam kenyataannya, ada pria yang mengambil pekerjaan urusan rumah tangga, dan ada pula wanita sebagai pencari nafkah utama dalam rumah tangga mereka, sebagai pilot, pencangkul lahan dan lain-lain.
Dengan kata-kata lain, peran gender tidak statis, tetapi dinamis (dapat berubah atau diubah, sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi).
Berkaitan dengan gender, dikenal ada tiga jenis peran gender sebagai berikut.
1.      Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan. Peran ini sering pula disebut dengan peran di sektor publik.
2.      Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga, seperti mengasuh anak, memasak, mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga, menyetrika, membersihkan rumah, dan lainlain. Peran reproduktif ini disebut juga peran di sector domestik.
3.      Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk berpartisipasi di dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti gotong-royong dalam menyelesaikan beragam pekerjaan yang menyangkut kepentingan bersama. (Kantor Menteri Negara Peranan Wanita, 1998 dan Tim Pusat Studi Wanita Universitas Udayana, 2003). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran kodrati bersifat statis, sedangkan peran gender bersifat dinamis. Hal ini dapat dicontohkan sebagai berikut.

C.    Peran Kodrati
Setelah kita mempunyai pemahaman yang sama tentang konsep gender, berikut ini akan dibahas peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan gender. Peranan wanita dalam pembangunan adalah hak dan kewajiban yang dijalankan oleh wanita pada status atau kedudukan tertentu dalam pembangunan, baik pembangunan di bidang politik, ekonomi, sosial budaya maupun pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan, baik di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat. Peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan gender, berarti peranan wanita dalam pembangunan
Wanita:
1.      Menstruasi
2.      Mengandung
3.      Melahirkan
4.      Menyusui dengan air susu ibu
5.      Menopause
Pria:
1.      Membuahi sel telur wanita
Peran Gender
1.      Mencari nafkah.
2.      Memasak.
3.      Mengasuh anak.
4.      Mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga
5.      Tolong-menolong antar tetangga dan gotong-royong dalam menyelesaikan pekerjaan milik bersama.
6.      Dan lain-lain.
D.    Peranan Wanita dalam Pembangunan
Sesuai dengan konsep gender atau peran gender sebagaimana telah dibahas di depan, mencakup peran produktif, peran reproduktif dan peran sosial yang sifatnya dinamis. Dinamis dalam arti, dapat berubah atau diubah sesuai dengan perkembangan keadaan, dapat ditukarkan antara pria dengan wanita dan bisa berbeda lintas budaya.
Mengupayakan peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan atau perperspektif gender, dimaksudkan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender atau kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dengan wanita di dalam pembangunan. Karena, dalam proses pembangunan kenyataannya wanita sebagai sumber daya insani masih mendapat perbedaan perlakuan (diskriminasi). Terutama, jika wanita bergerak di sektor publik dirasakan banyak ketimpangan, meskipun ada pula ketimpangan gender yang dialami oleh pria. Untuk mewujudkan kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dengan wanita tersebut, perlu didukung oleh perilaku saling menghargai atau saling menghormati, saling membutuhkan, saling membantu, saling peduli dan saling pengertian antara pria dengan wanita.
Dengan demikian, tidak ada pihak pihak (pria atau wanita) yang merasa dirugikan dan pembangunan akan menjadi lebih sukses. Usaha-usaha untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender sesungguhnya sudah lama dilakukan oleh berbagai pihak, namun masih mengalami hambatan. Kesetaraan dan keadilan gender masih sulit untuk dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat khususnya kaum wanita.
Oleh karena itu pemerintah telah mengambil kebijakan, tentang perlu adanya strategi yang tepat yang dapat menjangkau ke seluruh instansi pemerintah, swasta, masyarakat kota, masyarakat desa dan sebagainya.
Strategi itu dikenal dengan istilah pengarusutamaan gender, berasal dari bahasa Inggris gender mainstreaming. Strategi ini tertuang di dalam Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional.
Dengan pengrusutamaan gender itu, pemerintah dapat bekerja secara lebih efisien dan efektif dalam memproduksi kebijakan-kebijakan publik yang adil dan responsif gender kepada seluruh lapisan masyarakat, baik pria maupun wanita. Dengan strategi itu juga, program pembangunan yang akan dilaksanakan akan menjadi lebih sensitif atau responsif gender. Hal ini pada gilirannya akan mampu menegakkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban pria dan wanita atas kesempatan yang sama, pengakuan yang sama dan penghargaan yang sama di masyarakat.
Secara operasional, pengarusutamaan gender dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dibangun untuk mengintegrasikan kebijakan gender dalam program pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan (monitoring) dan evaluasi. Pengarusutamaan gender, bertujuan untuk terselenggaranya perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender (Tim Pusat Studi Wanita Universitas Udayana, 2003).
Pengarusutamaan gender barulah akan memberikan hasil secara lebih memuaskan, jika dilaksanakan oleh seluruh kalangan masyarakat, mulai dari yang tergabung dalam lembaga pemerintah, swasta seperti organisasi profesi, organisasi sosial, organisasi politik, organisasi keagamaan dan lain-lain sampai pada unit yang terkecil yaitu keluarga. Dalam pembangunan di bidang kesehatan misalnya, kalau perencanaannya, elaksanaannya atau pelayanannya, pemantauannya dan evaluasinya sudah berwawasan gender, maka dapat dipastikan bahwa kesehatan yang baik dapat dinikmati oleh baik laki-laki maupun perempuan. Begitu juga pembangunan di bidang-bidang yang lainnya. Dari uraian di atas dapat diketahui, bahwa ruang lingkup pengarusutamaan gender meliputi empat hal, yakni perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Dalam pelaksanaannya, masing-masing hal itu harus mempertimbangkan empat aspek, yaitu peran, akses, manfaat dan kontrol. Artinya, apakah dalam keempat hal tersebut sudah mempertimbangkan bahwa peran pria dan wanita sudah setara dan adil.
Apakah akses yang diterima oleh pria dan wanita juga akan setara dan adil. Apakah manfaat yang langsung dirasakan oleh pria dan wanita sudah setara dan adil. Akhirnya, apakah pria dan wanita mempunyai kesempatan yang sama dalam melakukan control dan pengambilan keputusan.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Demikianlah secara garis besar tentang peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan gender. Hal ini sangat penting dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat, agar mereka tidak melihat pria dan wanita dari kaca mata biologis (peran kodrati) saja.
Masyarakat juga harus melihat pria dan wanita sebagai warga negara dan sumber daya insani yang sama-sama mempunyai hak, kewajiban, kedudukan dan kesempatan dalam proses pembangunan, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Mengupayakan peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan gender, dimaksudkan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender di dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Hal ini perlu didukung oleh perilaku saling menghargai atau menghormati, saling membantu, saling pengertian, saling peduli dan saling membutuhkan antara pria dengan wanita. Pengarusutamaan gender merupakan strategi yang tepat untuk mempercepat terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender tersebut.
       Saran
Seharusnya diskriminasi tidak tejadi lagi karena perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki didalam bekerja, dan hal tersebut dapat merugikan sebelah pihak yaitu kaum perempuan. Dan pemerintah seharusnya dapat melindungi kaum perempuan karena diskriminasi gender bukan hanya perbedaan dalam segi pekerjaan maupun upah tetapi juga kekerasan dalam rumah tangga.

 




DAFTAR PUSTAKA

Agung Aryani, I Gusti Ayu. 2002. Mengenal Konsep Gender (Permasalahan dan Implementasinya dalam Pendidikan).
Arjani, Ni Luh. 2002. Gender dan Permasalahannya. Pusat Studi Wanita Universitas Udayana. Denpasar.
Bammelan, Sita Van. 2002. Isu Gender di Bidang Pendidikan. Semiloka  pengarusutamaan Gender Bagi Para Perencana di Lingkungan Pendidikan Nasional Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.
Blood, R O. Jr. and Wolfe, D.M. 1960. Husban and Wives. The Dynamics of Married Living. The Free Press, New York..
Kantor Menteri Negara Peranan Wanita. 1998. Gender dan Permasalahannya. Modul Pelatihan Analisis Gender. Kantor Menteri Negara Peranan Wanita. Jakarta.

Selasa, 17 Desember 2013

Sejara Stikes Surya Global

SEJARAH

Berawal dari niatan tulus untuk turut berkiprah di dunia pendidikan dalam usaha mencerdasakan anak bangsa, maka Yayasan Surya Global Yogyakarta mengambil peran aktif dalam bidang pendidikan tinggi kesehatan sebagai sarana konkrit dalam usaha mencerdaskan anak bangsa.

Dengan komitmen tersebut Yayasan Surya Global mendirikan dan meresmikan Perguruan Tinggi yang bergerak di bidang Ilmu Kesehatan yang diberi nama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta. Tepatnya pada tanggal 13 Maret 2003 dengan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 35/D/O/2003 tanggal 23 Maret 2003 dengan resmi STIKES Surya Global berdiri.

Dalam perjalanannya setelah 2 (dua) tahun berjalan, STIKES Surya Global Yogyakarta telah mendapatkan Ijin Perpanjangan Program Studi dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dengan No. 2202/D/T/2005 untuk Program Studi Kesehatan Masyarakat serta Perpanjangan Ulang Ijin Penyelenggarakan Program Studi Kesehatan Masyarakat dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dengan No 2970/D/T/K-V/2009 dan Surat Keputusan No. 2203/D/T/2005 untuk Program Studi Ilmu Keperawatan serta Perpanjangan Ulang Ijin Penyelenggarakan Program Studi Ilmu Keperawatan dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dengan No 2971/D/T/K-V/2009


Pada bulan Juni 2007 STIKES Surya Global Yogyakarta mengikuti proses vitalisasi (Akreditasi) yang diselenggarakan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) dan berdsarkan SK BAN PT nomor : 015/BAN-PT/Ak.-X/S1/VII/2007 Program Studi Ilmu Keperawatan dinyatakan telah Terakreditasi dan untuk Program Studi Kesehatan Masyarakat juga teah dinyatakan Terakreditasi sesuai dengan nomor BAN PT yaitu : SK. No.020/BAN-PT/Ak.-X/S1/IX/2007. Awal tahun 2010 sudah akan dipersiapkan pengajuan akreditasi bagi Stikes Surya Global Yogyakarta. 

Pada bulan Desember 2008, STIKES Surya Global menambah satu lagi program studi yaitu program studi profesi ners dengan ijin penyelenggaraan Surat Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas RI No. 267/D/O/2008. Pada tahun 2010, program studi profesi ners mendapatkan Perpanjangan Ulang Ijin Penyelenggaraan Program Studi Profesi Ners dari Kementerian Pendidikan Nasional Kopertis Wilayah V DIY  No. 6972/D/T/K-V/2012

Kampus STIKES Surya Global Yogyakarta terletak di Ringroad Selatan, Blado, Potorono Banguntapan Bantul dengan beberapa ruangan dan asrama dibangun di lokasi baru untuk menampung kegiatan perkuliahan, praktikum, asrama, perpustakaan dan klinik kesehatan sebagai Kampus Terpadu STIKES Surya Global.

Dengan rahmat Allah SWT sampai saat ini STIKES Surya Global telah diberikan amanah mengelola mahasiswa dengan jumlah mahasiswa yang aktif tercatat sampai dengan semester ganjil tahun akademik 2012/2013 sejumlah 3600 mahasiswa.
Dengan komitmen yang kuat, menjadikan pendidikan tinggi sebagai sarana berperan aktif dalam mencerdaskan anak bangsa yang diwujudkan dengan mengelola STIKES Surya Global Yogyakarta, lembaga pendidikan tinggi berjenjang Strata satu (S1) mengelola STIKES Surya Global Yogyakarta dengan program studi :

1. S1-KESEHATAN MASYARAKAT, Konsentrasi :
      - Manajemen Rumah Sakit (SKM) 
      - Kesehatan Reproduksi (SKM) 
      - Sistem Informasi Kesehatan & Rekam Medik (SKM) 
Dalam Usianya yang relatif muda  STIKES Surya Global Yogyakarta, berhasil mendapatkan status terakreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) 
Kemandirian, berkarakter dan profesional adalah bentuk pendidikan mental yang ditekankan di STIKES Surya Global Yogyakarta demi terlahirnya SDM yang handal dan selalu optimis menghadapi tantangan kedepan.
Pengembangan pola pikir, mengasah kreatifitas serta antisipatif  terhadap hal-hal baru yang terus berkembang adalah sentuhan rutin yang diprogramkan di STIKES Surya Global Yogyakarta untuk melengkapi bekal para mahasiswanya  agar  selalu terdepan dalam meraih peluang dan kesempatan.
Pengalaman serta reputasi Surya Global  dibidang pendidikan tinggi menjadikan STIKES Surya Global Yogyakarta sebagai alternatif studi yang patut dijadikan pilihan.


Ruang Kuliah
Total ruang kuliah : 24 ruang
Ruang Kuliah di Kampus I : 18 ruang
Ruang Kuliah di Kampus II :  6 ruang

Laboratorium Komputer

Dalam proses pembelajaran bagi mahasiswa STIKES Surya Global Yogyakarta juga menyediakan sarana Laboratorium Komputer sebagai wahana praktik dan belajar penerapan teknologi komputer. Laboratorium komputer dengan luas 120 m2 ini terletak di Kampus Utara yang terdiri dari dua ruang laboratorium komputer dengan jumlah 60 unit komputer dengan processor Pentium dilengkapi dengan layanan teknologi internet, LCD, viewer, ruangan ber-AC dan dilengkapi dengan sarana belajar lainnya.

Laboratorium Praktikum


Fasilitas atau sarana penunjang kegiatan akademik/perkuliahan mahasiswa berupa sejumlah laboratorium, terdapat di Kampus STIKES Surya Global Yogyakarta. Laboratorium tersebut digunakan untuk memantapkan keilmuan (teori-teori, konsep-konsep) mahasiswa. Khususnya secara praktis. Di samping itu, baik mahasiswa maupun dosen dapat menggunakan fasilitas-fasilitas tersebut untuk kegiatan/rekayasa dan keahlian serta profesi. Laboratorium praktikum yang dimiliki oleh STIKES Surya Global Yogyakarta, antara lain :  A. Laboratorium Keperawatan :
  1. Laboratorium Keperawatan Dewasa
  2. Laboratorium Keperawatan Dasar
  3. Laboratorium Ketrampilan Dasar Dalam Keperawatan
  4. Laboratorium Keperawatan Gawat Darurat
  5. Laboratorium Maternitas
  6. Laboratorium Anak
  7. Laboratorium Keperawatan Jiwa
  8. Laboratorium Keperawatan Gerontik
  9. Laboratorium Keperawatan Komunitas
  10. Laboratorium Keperawatan Keluarga
  11. Laboratorium Pendidikan Kesehatan
  12. Laboratorium Nursing Simulation Program inspesialist UGD
  13. Laboratorium Nursing Simulation Program inspesialist Kamar Bedah
  14. Laboratorium Nursing Simulation Program inspesialist ICU
B. Laboratorium Kesehatan Masyarakat :
  1. Laboratorium Anatomi Fisiologi
  2. Laboratorium Mikrobiologi dan Parasitologi
  3. Laboratorium Fisika
  4. Laboratorium Biokimia
  5. Laboratorium Manajamen
  6. Laboratorium Rekam Medis
  7. Laboratorium Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
Selamat datang di kota pendidikan dan kota budaya Jogja,
Selamat datang di STIKES Surya Global Yogyakarta .